Pengetahuan Dasar Geografi
Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan
(variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan
bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gĂȘ (“Bumi”) dan
graphein (“menulis”, atau “menjelaskan”).
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini,
yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad
kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi
tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa
di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi
pada ruang.” Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh
alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari
perbedaan yang terjadi itu.
Daftar isi [sembunyikan]
1 Sejarah Geografi
2 Metode
3 Cabang
3.1 Geografi fisik
3.2 Geografi manusia
3.3 Geografi manusia-lingkungan
3.4 Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
3.5 Ekologi budaya dan politik
3.6 Penelitian resiko-bencana
3.7 Geografi sejarah
4 Teknik Geografis
4.1 Penginderaan Jauh
4.2 Kartografi
4.3 Sistem Informasi Geografis
4.4 Metode kuantitatif geografi
5 Bidang Terkait
5.1 Perencanaan Kota dan Wilayah
5.2 Ilmu Wilayah
6 Pendidikan Tinggi Geografi
7 Lihat pula
8 Pranala luar
A. Sejarah Geografi
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif
menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya
Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle,
Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi
sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan
menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi
pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat
pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator
dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di
laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut
Merah dan Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta
dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani
dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh
Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak
perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil
yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan
peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang
lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa
(terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi
hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya
besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh
Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat
pembantu banyak ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi
dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat
fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi
kuantitatif dan geografi kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa
karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya.
Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen
Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah
“iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas”
dan “banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang
membuat orangnya lebih cerdas”. Ahli geografi determinisme lingkungan
mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun
1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan
dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa).
Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan
menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah
penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada
ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan
informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk
membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi
kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya
sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah
peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut “kadet
angkasa”, menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji
kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka
mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan
matematika – terutama statistika – sebagai cara untuk menguji hipotesis.
Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem
Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal
yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul
sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi
manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan
fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan
pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya
adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan
pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet
merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada
namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus
terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang
mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi
konstruksi sosial dari hubungan keruangan.
[sunting] Metode
Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan
menggunakan peta sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik
digabungkan dengan pendekatan analisis geografis yang lebih modern
kemudian menghasilkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis
komputer.
Geografer menggunakan empat pendekatan:
Sistematis – Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global
Regional – Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.
Deskriptif – Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.
Analitis – Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu.
B. Cabang
1. Geografi fisik
Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan
biologi untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan
fisika untuk memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota
tata surya yang lain. Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan
geografi lingkungan.
Topik terkait: atmosfer – kepulauan – benua – gurun – pulau – bentuk
muka bumi – samudera – laut – sungai – danau – ekologi – iklim – tanah –
geomorfologi – biogeografi – garis waktu geografi, paleontologi –
paleogeografi – hidrologi.
2. Geografi manusia
Cabang geografi manusia, atau politik/budaya – juga disebut
antropogeografi yang fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang
menyebabkan fenomena dunia. Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi
dengan wilayahnya dan manusia lainnya, dan pada transformasi makroskopis
bagaimana manusia berperan di dunia. Bisa dibagi menjadi: geografi
ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik), geografi sosial
(termasuk geografi kota), geografi feminisme dan geografi militer.
Topik terkait: Negara-negara di dunia – negara – bangsa – negara
bagian – perkumpulan individu – provinsi – kabupaten – kota – kecamatan
3. Geografi manusia-lingkungan
Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu
tentang hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan
lingkungannya berinteraksi. walaupun paham determinisme lingkungan sudah
tidak berkembang, masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk
mengkaji hubungan antar manusia dengan alam. Terdapat dua bidang pada
geografi manusia-lingkungan: ekologi budaya dan politik dam penelitian
resiko-bencana.
4. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada
sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari
Nederland. Saat kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan,
sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut serta dalam program
pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program studi baru
bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri
menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu
Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional
Development Planning (RRDP).
5. Ekologi budaya dan politik
Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan
pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana
manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Ilmu keberlanjutan
(sustainability) kemudian tumbuh dari tradisi ini. Ekologi poltik
bangkit ketika beberapa geografer menggunakan aspek geografi kritis
untuk melihat hubungan kekuatan alam dan bagaimana pengaruhnya terhadap
manusia. Misalnya, studi yang berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat
bahwa kelaparan di Sahel disebabkan oleh perubahan sistem politik dan
ekonomi di wilayah itu sebagai hasil dari kolonialisme dan menyebarnya
praktek kapitalisme.
Penelitian resiko-bencana
Penelitian pada bencana dimulai oleh Gilbert F. Withe, yang mencoba
memahami mengapa orang tinggal dataran banjir yang mudah terkena
bencana. Sejak itu, bidang ini berkembang menjadi multi disiplin dengan
mempelajari bencana alam (seperti gempa bumi) dan bencana teknologi
(seperti kebocoran reaktor nuklir). Geografer yang mempelajari bencana
tertarik pada dinamika bencana dan bagaimana manusia dan masyarakat
menghadapinya.
Geografi sejarah
Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari berbagai tempat di
bumi berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi
merupakan satu dari banyak kunci atas bidang ini – banyak disimpulkan
tentang pengaruh masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.
Ada apa dibalik nama? Geografi sejarah dan kampus Berkeley
“Geografi Sejarah” tentu saja merupakan akibat timbal-balik dari
geografi dan sejarah. Tetapi di Amerika Serikat, mempunyai arti yang
yang lebih spesifik. Nama ini dikenalkan oleh Carl Ortwin Sauer dari
Universitas California, Berkeley dengan programnya me-reorganisir
geografi budaya (beberapa orang menyebutkan semua geografi) pada semua
wilayah, dimulai pada awal abad ke-20.
Bagi Sauer, muka bumi dan budaya di atasnya hanya bisa dipahami jika
mempelajari semua pengaruhnya (fisik, budaya, ekonomi, politik,
lingkungan) menurut sejarah. Sauer menekankan kajian wilayah sebagai
satu-satunya cara untuk mendapatkan kekhususan pada wilayah di atas
bumi.
Filosofi Sauer merupakan pembentuk utama pemikiran geografi di
Amerika pada pertengahan abad ke-20. Sampai sekarang kajian wilayah
masih menjadi bagian departemen geografi di kampus-kampus di AS. Tetapi
banyak geografer beranggapan ini akan membahayakan ilmu geografi itu
sendiri untuk jangka panjang: penyebabnya adalah terlalu banyak
pengumpulan data dan klasifikasi, sementara analisis dan penjelasannya
terlalu sedikit. Studi ini menjadi lebih spesifik pada wilayah sementara
geografer angkatan berikutnya berusaha mencari nama yang tepat untuk
ini. Mungkin ini yang menyebabkan krisis 1950-an pada geografi yang
hampir menghancurkannya sebagai disiplin akademis.
6. Teknik Geografis
[sunting] Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing,
adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai
objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung
dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam
objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang
elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk
citra. Pengertian ‘tanpa kontak langsung’ di sini dapat diartikan secara
sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak
antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses
dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada
saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam
bentuk aktivitas ‘ground truth’, yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk
dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada
wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.
Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari
geografi, dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun
disadari bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam
geografi yang mampu memberikan synoptic overview –pandangan secara
ringkas namun menyeluruh– atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian
lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu menghasilkan berbagai macam
informasi keruangan dalam konteks ekologis dan kewilayahan yang menjadi
ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya,
pendidikan penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan Eropa
lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, ‘school’ atau
fakultas) geografi.
Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh
manual atau visual dan metode penginderaan jauh digital. Penginderaan
jauh manual memanfaatkan citra tercetak atau ‘hardcopy’ (foto udara,
citra hasil pemindaian skaner di pesawat udara maupun satelit) melalui
analisis dan interpretasi secara manual/visua]. Penginderaan jauh
digital menggunakan citra dalam format digital, misalnya hasil
pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara yang sudha
tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan menganalisisnya
dengan bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital menghasilkan
peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadi peta
tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan
digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan
komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen
digitisation), yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis
citra digital menurunkan peta tematik digital secara langsung. Peta-peta
digital tersebutd dapat di-’lay out’ dan dicetak untuk menjadi produk
kartografis (disebut basis dat kartografis), namun dapat pula menjaid
masukan (input) dalam suatu sistem informasi geografis sebagai basis
data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik toak para
geografiwan dalam menjalankan kajian geografinya.
7. Kartografi
Kartografi mempelajari representasi permukaan bumi dengan simbol
abstrak. Bisa dibilang, tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan
penyebab meluasnya kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa
ketertarikan mereka pada geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh
peta di masa kecil mereka. walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya
masih bergantung pada peta untuk menampilkan hasil analisisnya,
pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak untuk dianggap sebagai
ilmu terpisah.
Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian
sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan
ergonomi untuk membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi
tentang bumi yang bisa dimengerti orang lain secara efektif, dan
psikologi perilaku untuk mempengaruhi pembaca memahami informasi yang
dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi dan matematika yang tidak
sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi berpengaruh pada
penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.
8. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis membahas masalah penyimpanan informasi
tentang bumi dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat secara
informasi. Sebagai tambahan pada subdisiplin ilmu geografi lainnya,
spesialis SIG harus mengerti ilmu komputer dan sistem database. SIG
memacu revolusi kartografi sehingga sekarang hampir semua pembuatan peta
dibuat dengan piranti lunak (software) SIG.
9. Metode kuantitatif geografi
Metode kuantitatif geografi membahas metode numerik yang khas (atau
paling tidak yang banyak ditemukan) dalam geografi. Sebagai tambahan
pada analisis keruangan, anda mungkin akan menemukan analisis klaster,
analisis diskriminan dan uji statistik non-parametris pada studi
geografi.
Bidang Terkait
10. Perencanaan Kota dan Wilayah
Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu
mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan
menurut kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan
ekonomi, perlindungan cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan
kota, baik kota kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan
mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat
lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi
para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat desa dan
kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).
11. Ilmu Wilayah
Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter
Isard untuk menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis
pada masalah geografi, sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada
program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana
dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi regional,
pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah,
transportasi dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi,
ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.
Pendidikan Tinggi Geografi
Di Indonesia, perguruan tinggi yang membuka program studi Geografi
sebagai ilmu murni hanya dua perguruan tinggi negeri (Universitas
Indonesia (UI) dan UGM (Universitas Gadjah Mada) dan satu perguruan
tinggi swasta (Universitas Muhammadiyah Surakarta). Sedangkan program
studi Pendidikan Geografi ada di 45 perguruan tinggi.
UGM, Geografi telah berkembang lebih jauh sehingga menjadi Fakultas
tersendiri sejak tahun 1963, yaitu Fakultas Geografi. Saat ini telah
mempunyai jenjang pendidikan tinggi dari D3 (diploma) Penginderaan Jauh
dan SIG, S1, S2 dan S3. Fakultas Geografi UGM juga mempelajari ilmu
Perencanaan dan Pengembangan wilayah.
Di UI, Geografi menjadi jurusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA). Geografi dipelajari sebagai bagian terapan
ilmu-ilmu murni sejajar dengan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
Fakultas Geografi UMS didirikan oleh sejumlah alumni dan dosen
Fakultas Geografi UGM. Para Alumni Pendidikan Tinggi Geografi kemudian
membentuk sebuah asosiasi profesi yang disebut dengan Ikatan Geografiwan
Indonesia (IGI). Disamping itu, dalam wadah yang lebih sempit, para
Geografiwan dari UGM juga mempunyai wadah Ikatan Geografiwan Universitas
Gadjah Mada (disingkat IGEGAMA).
Bakosurtanal, salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
berkumpul banyak alumni Geografi, baik dari UI, UGM maupun UMS.
Konsep dasar geografi yg esensial, ada 10 yaitu :
1. Konsep Lokasi : Letak suatu tempat di permukaan bumi.
1.1. Lokasi Absolut : Tempatnya tetap.
1.2. Lokasi relative : tempatnya bias berubah karena faktor tertentu.
2. Konsep jarak : Jarak antara tempat satu ke tempat lain.
2.1. Jarak Absolut : Diukur dgn satuan ukuran.
2.2. Jarak relative : Dikaitkan factor waktu ekonomi dan psikologis.
3. Konsep keterjangkauan :
Hub. Antara satu tempat dgn tempat yang lain, dikaitkan dgn sarana dan prasarana angkutan.
4. Konsep pola :
Berkaitan dgn persebaran fenomena geosfer di permukaan bumi.
Contoh : Persebaran flora dengan fauna.
5. Konsep Morfologi :
Berkaitan dengan fauna bentuk permukaan bumi, sebagai akibat tenaga eksogen dan endogen.
Contoh : Pegunungan, lembah, dataran rendah.
6. Konsep Aglomerasi :
Pemusatan penimbunan suatu kawasan
contoh : kawasan industri, pertanian, pemukiman.
7. Konsep nilai kegunaan :
Suatu nilai guna tempat –tempat di bumi.
Contoh : tempat wisata.
8. Konsep Interaksi dan Interpendensi :
Saling berpengaruh dan ketergantungan antara gejala di muka bumi.
Contoh : Antara desa dgn kota.
9. Konsep Deferensiasi Areal:
Fenomena yang berbeda antara tempat yang satu dengan yang lain.
Contoh : Areal pedesaan khas dan corak persawahan.
10. Konsep keterkaitan keruangan :
Keterkaitan persebaran suatu fenomena dgn fenomena lain.
Contoh : daerah pantai pada umumnya bermata pencaharian nelayan