Peranan Geograf dalam Pengembangan Transportasi di Indonesia
2 02 2009
Foto : http://www.skyscraper.com
Transportasi merupakan sebuah pengetahuan yang telah dikembangkan oleh manusia sejak mereka mengenal hidup menetap. Transportasi pada hakekatnya merupakan kegiatan pergerakan atau perpindahan barang dan manusia pada ruang dan suatu waktu melalui moda tertentu.
Paul Mees (1995) berpendapat:
- Kebijakan transportasi bukan sekadar masalah pemindahan barang dan manusia.
- Transportasi sangat berpengaruh dalam pembentukan kota.
- Transportasi juga berperan sebagai akses bagi semua penduduk karena masih banyak orang tidak memiliki kendaraan pribadi.
Kegiatan
pergerakan atau perpindahan barang, manusia dan informasi pada ruang
dan waktu, tidak dapat terlepas dari ilmu geografi. Kegiatan perpindahan ini menggunakan sarana dan prasarana yang selalu berubah-ubah, dalam geografi disebut sebagai network. Tempat asal dan tempat tujuan perpindahan, berubah sesuai permintaan. Pandangan ilmu geografi menyebutnya sebagai titik (nodes). Manusia, barang dan informasi merupakan objek dari perpindahan ini. Ketiga hal tersebut merupakan wujud dari permintaan perpindahan ini. Begitu perpindahan terjadi, maka hal tersebut nampak nyata sebagai fungsi dari gerakan (flows).
Untuk mengetahui sistem transportasi dari segi organisasi keruangan, yang perlu diketahui adalah struktur dari jaringan. Unsur jaringan yang utama adalah keterkaitan (linkages) yaitu jaringan jalan dan titik (nodes) yaitu pusat kegiatan.
Jaringan jalan dapat berbentuk berbagai fasilitas seperti jalan raya,
jalan kereta, jalur angkutan udara, jalur perjalanan laut dan sungai,
atau dapat juga pergerakan (flows) di atas jaringan tersebut, seperti jumlah kendaraan, jumlah penumpang, perpindahan barang dalam satuan waktu tertentu. Sementara nodes
adalah simpul-simpul yang menghubungkan tempat asal dan tempat tujuan,
seperti pusat kegaitan ekonomi, kota, terminal penumpang, terminal
komunikasi elektronik dan sebagainya.
Sistem transportasi dipengaruhi
pada tata ruang, lingkungan alam (darat, udara dan laut), sosial,
ekonomi dan politik sehingga harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk
kesejahteraan manusia.
Permasalahannya, fasilitas-fasilitas transportasi di Indonesia saat ini
masih jauh dari cukup. Sebagai contoh, pada awal tahun 1999/2000,
sekitar 13 % jalan nasional, 29 % jalan provinsi, dan 58 % jalan
kabupaten berada dalam kondisi rusak ringan dan berat. Ini berarti dari
sekitar 256.951 km total panjang jaringan jalan sekitar separuhnya
berada dalam keadaan rusak ringan dan berat. Tantangan yang
dihadapi oleh Indonesia guna mencapai tujuan di atas adalah bagaimana
meningkatkan penyediaan jaringan prasarana dan sarana transportasi yang
dapat menjamin kelancaraan arus barang dan jasa serta penyebaran aliran
investasi secara merata di seluruh daerah serta bagaimana meningkatkan
keterkaitan ekonomi antar daerah secara menguntungkan dan meningkatkan
percepatan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pengembangan sentra
kegiatan ekonomi pendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya.
Pengembangan transportasi harus berdasarkan perencanaan jangka panjang
yang komprehensif dan berwawasan lingkungan. Disinilah dibutuhkan peran
serta geografi dalam menganalisis secara komprehensif dan pendekatan
secara sistematik. Perencanaan transportasi sebaiknya didasarkan pada
analisis dengan didasarkan pemodelan transportasi. Pertama-tama, yang
diperlukan adalah pengumpulan data yang akurat dan reliable. Salah satu
kelemahan dari perencanaan transportasi di Indonesia adalah dalam hal
pengumpulan data sebagai dasar analisis (Munawar, 1999). Dari data yang
terkumpul tersebut, kemudian dirancang suatu model transportasi. Model
didefinisikan sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan yang ada di
lapangan (Munawar, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar